Archive | February 2016

Surat Cinta Untuk Anakku – X: Ten, Consistent

11 Februari 2016

TEN, CONSISTENT

Dear mas Nobel,

Nobel, lelaki kecilku hari ini masuk usia 10 tahun. Cepatnya waktu berlalu. Rasanya baru kemarin melihatnya belajar merangkak. Ah, sampai kapanpun, seorang ibu seperti saya akan menganggap anak-anaknya seperti bayi kecil saja. Tumbuhlah menjadi lelaki kuat, sehat, sholeh, cerdas dan bahagia, anakku.. Aamiin yra.

Bunda selalu bercerita tentang perkembanganmu dari waktu ke waktu. Nak, kelak kamu baca ini, kamu akan ingat apa saja yang sudah kamu lalui setahun ini.

Ulang tahunmu yang kesembilan cukup sederhana. Tahun ini bahkan sangat sederhana sekali. Meskipun kamu sudah menghitung hari menjelang hari ulang tahunmu, dan berkali-kali bunda bertanya apa keinginanmu, kamu tetap konsisten menjawab,”Tidak perlu dirayakan.” Atau “Nggak mau ada bagi-bagi makanan di sekolah seperti teman-teman.” Atau kamu jawab,”Aku sudah besar bunda…malu masih ngerayain ulang tahun.”

Tidak beda jauh dengan hari ulang tahunmu sebelumnya, kamu cukup meminta kue kecil dengan lilin dan kita makan bersama. Tidak ada undangan, tidak ada pesta, bahkan teman-temanmu di sekolah pun tak tahu. Ternyata kamu masih ingat dengan obrolan kita tentang hadiah dan perayaan ulang tahun. Perayaan dan hadiah itu untuk sesuatu yang kita capai dengan kerja keras dan usaha terbaik kita. Bukan seperti ulang tahun, yang dengan sendirinya akan sampai pada waktunya seiring waktu berjalan, dengan kita cukup diam pun akan sampai pada harinya. Dan kamu pun setuju.

Bunda senang bahagia tak terkira di usiamu yang menjelang 10 tahun, kamu sudah sertifikasi tahfiz Qur’an hafalan surat di juz 30 dan bersiap untuk sertifikasi hafalan Qur’an juz 29. Semoga bisa terwujud di tahun ini. Amiin. Usia 9 ke 10 mu penuh aktivitas religi, setidaknya jalan-jalan kita banyak ke pesantren, bulan Ramadhan makin khusyuk dengan merasakan tarawih di beberapa masjid besar dan pesantren juga. Akankah kamu tertarik masuk pesantren, nak? J

Mandiri. Itu sudah Bunda yakini sejak kamu masih balita. Bunda tidak meragukan kemandirianmu untuk segala hal, termasuk sekarang kamu sudah bisa memasak sederhana kalau kamu ingin makan telor ceplok, atau goreng nugget atau membuat air panas, dan lainnya. O ya, kamar barumu yang dekat dengan kamar Bunda juga sepertinya membuatmu sangat betah, tidak seperti saat kamarmu di lantai atas, dan kamu menikmati kamar pribadi yang cukup berisi tempat tidur, komputer dan buku-buku cerita. Bunda suka kamu cinta membaca, dan sekarang Bunda tak perlu repot lagi membacakan cerita untukmu sebelum tidur, kamu sudah sibuk sendiri membaca buku-buku atau komik pilihanmu.

Kita jalan-jalan kemana ya tahun lalu? Mas Nobel masih ingat? O ya kita berlebaran di Jakarta saja, karena mbah putri lebaran di sini. Kita menghabiskan waktu libur lebaran ke Lembang dan libur akhir tahun ke Malang. Selebihnya, bersama keluarga besar tentunya, Puncak dan Anyer tidak ketinggalan. Sengaja kita tidak jalan-jalan lagi ke luar negeri, kita pending dulu sampai tahun ini ya nak. Indonesia itu luas, indah dan kaya. Kita harus melihatnya dari Sabang sampai Merauke. Yakin bahwa kamu cukup siap untuk pergi backpacker, rasanya akan mudah kita menjelajah di tahun ini.

Mas Nobel sangat rajin. Rajin belajar, rajin ibadah sholat di masjid, rajin mengaji dan rajin bersedekah. Alhamdulillaah. Prestasi akademikmu tak pernah Bunda ragukan. Meskipun tanpa les seperti teman-temanmu, Bunda rasa kamu cukup cemerlang. Berkali-kali Bunda pastikan apakah kamu perlu les, dan kamu menjawab dengan santai “Nggak ah, capek. Belajar sama Bunda aja.” Yaaa.. bunda pikir kamu minat les music atau apa, ternyata tetep keukeuh minta les sepakbola. Apa daya kesehatan mata tidak mendukung. Dan robotik masih jadi andalanmu. Percobaan science juga masih menarik bagimu. Ya sudahlah. Bunda hanya perlu memastikan kamu belajar setiap hari dimanapun dengan siapapun. Jangan pernah lelah saat Bunda bertanya,”Balajar apa kamu hari ini, mas?” Dan Bunda tidak melihat kemampuanmu hanya dari nilai rapor yang semua di atas rata-rata, melainkan dari berapa banyak yang kamu tahu dan bisa dari belajar dan seberapa senang kamu belajar di sekolah.

Anakku sayang, waktu terus berjalan. Bunda senang bisa terus mengikuti perkembanganmu dengan segala keterbatasan waktu. Bunda belajar banyak darimu yang makin besar makin kritis. Sama sepertimu, Bunda juga akan terus belajar. Jika karena menuntut ilmu nanti kita harus berpisah sementara, Bunda yakin kita akan sudah dalam kondisi yang siap.

Teruslah tumbuh sehat anakku. Meski berat badan yang susah naik, bahkan kamu kadang susah (males) makan, yang penting kamu cukup gizi, sehat. Bunda tidak akan memaksamu gemuk, tapi akan memaksamu sehat dan kuat. Seperti halnya Bunda riang gembira melihatmu percaya diri menari di pentas sekolah setelah sekian lama kamu benci menari. Hahahaha.

Anakku, usia sepuluh tahun ini Bunda melihatmu sangat konsisten soal apapun. Semoga kau makin bertumbuh dalam kasih sayang lingkungan, dalam naungan Alloh swt, menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, bertanggungjawab, konsisten dan cemerlang. Maafkan Bunda dan Ayah yang kadang memberi contoh yang kurang baik, keteladanan yang minim. Kami juga harus belajar konsisten sepertimu.

Kasih sayang kami untukmu sungguh luar biasa. Jadilah kebanggaan kami, Nak. Selamat Ulang Tahun ke-10. Semoga menjadi usia berkah penuh manfaat. Bunda akan ingat 3 wishes yang kamu ucap hari ini: ke Hongkong, sepeda baru dan lebih fasih berbahasa Inggris. Hehehe. Love you more and more, dear… :*

 

With all my heart,

Bunda