Archives

Galau, Pertanyaan Orang tua Seputar Anak Masuk Pondok Pesantren

Tahun ini seharusnya saya juga sibuk mencarikan sekolah anak saya yang sudah lulus SD. Namun, hal itu tidak terjadi karena anak lelaki saya satu-satunya telah menentukan pilihannya sendiri untuk tidak masuk ke sekolah umum. Dia memilih pesantren untuk menimba ilmu umum dan agama. Yakin memasukkan anak di pondok pesantren di usia 12 tahun? Continue reading

Ibu, mampukah aku meneladanimu…?

Sudah hampir dua belas tahun aku menjadi ibu. Dulu aku tak membayangkan rasanya menjadi ibu. Seiring waktu, sejak anakku lahir, aku mengalami sendiri tantangan menjadi seorang ibu. Kadang aku tak sabar, hati kesal dan fisik lelah, apalagi sebagai ibu yang bekerja. Sering terlintas pertanyaan pada diri sendiri: apa yang ibuku lakukan saat mengalami masalah dan tantangan hidup? Continue reading

A New Chapter of Life – Postgraduate Mom Story

 

img_2147Sudah satu bulan dua minggu saya menempuh studi di UCL Institute of Education (IoE), London, United Kingdom. Setelah proses yang panjang, akhirnya saya mengalami bagaimana sekolah di kota sibuk ini. Tidak mudah seperti yang saya bayangkan, tapi tak juga sulit seperti yang saya khawatirkan. Beradaptasi di negeri empat musim, di salah satu universitas terbaik dunia, jauh dari anak dan keluarga, dan di saat sudah alam saya meninggalkan bangku kuliah adalah tantangan-tantangan yang luar biasa. Alhamdulillah saya mulai ‘mendarat’ dengan sempurna. Continue reading

Penerimaan Siswa Baru Sekolah (Gratis) Tunas Nusantara 2014/2015

Sekolah Tunas Nusantara (STN), sekolah tingkat menengah atas (SMA) bebas biaya pendidikan bagi anak-anak Indonesia berprestasi namun tidak mampu secara ekonomi, mengundang calon-calon pemimpin masa depan untuk mengembangkan potensi diri di STN pada tahun ajaran 2014/2015.

Continue reading

YA ALLAAH, SEMBUHKAN ANAKKU…

Kamis 11 April 2014 hari kedua kami berada di rumah sakit. Ini hari ketiga Nobel demam sejak Selasa lalu. Belum ada perubahan berarti pagi ini, demam masih naik turun antara 37-39, trombosit jg menurun sekitar 50 ribuan dari awal yang 404 ribu.

Ini kali pertama Nobelo, 8 tahun, dirawat di rumah sakit. Selasa sore saat aku pulang kerja, Nobel mengeluh badannya panas demam. Memang pernah beberapa kali Nobel demam, tapi paling minum madu atau minum susu “BearBrand” langsung sembuh. Daya tahan tubuhnya cukup bagus meskipun susah makan, susah minum. Badannya cenderung kurus tapi Alhamdulillah tidak gampang sakit. Paling-paling olahraga atau kegiatan berat menjadi cepet lemes kehabisan tenaga tetapi tidak sampai membuatnya sakit berlama-lama. Namun, ternyata tidak untuk sakit kali ini.

Demam Nobel kali ini agak mengkhawatirkan, karena sesuai pantauanku via thermometer selama hampir 24 jam, suhu tubuhnya berkisar 39-40 derajat celcius. Tidak terbiasa dengan langsung memberinya obat turun panas, biasanya Nobel memang minum madu, susu dan air putih yang banyak. Ternyata belum berhasil juga menurunkan panas demamnya. Setelah 12 jam pun akhirnya Nobel minum obat penurun panas demam. Setelah tidur siang tetap tak ada perubahan. Setelah Ashar Nobel pun periksa ke rumah sakit terdekat.

Tgl 9 April nampankya bukan tanggal yang tepat untuk periksa ke dokter. Pemilu meliburkan semua sekolah, kantor bahkan dokter di rumah sakit. Kami tidak bias bertemu dokter anak yang biasa memeriksa Nobel, kami pun ke UGD dan Nobel diperiksa dokter jaga, dokter umum. Seperti biasa saat datang, perawat menimbang, dan dokter mulai memeriksa Nobel, bertanya hal standard spt pd umumnya: kenapa, sudah berapa lama, makan gimana, BAB gimana, sudah minum obat apa, kapan terakhir minum obat. Lalu dia sambil memeriksa dengan alat andalannya: stetoskop. Dokter mengkhawatirkan Nobel kena virus. Sepertinya dokter sudah cukup hafal dengan keluhan semacam yang dirasakan Nobel, dan tentu karena dokter bukan malaikat, dia tidak menebak-nebak asal diganosa, daripada salah, Nobel pun cek darah (mahal juga cek darah sekarang ya.. :D) . menunggu satu jam, keluar hasil cek darah dan Nobel positif terkena virus demam berdarah. Trombosit masih normal, tetapi virus sudah menyerang.

Aku langsung terbayang bagaimana ngerinya demam berdarah, bahkan sering memakan korban jika tidka segera diantisipasi. Virusnya terkenal cukup bandel dan licik, juga punya siklus berpola tertentu, varian nya juga banyak. Masih seramnya penyakit demam berdarah akhirnya membuat kami memutuskan, Nobel harus segera dirawat. Pertimbangannya Nobel susah makan minum dan muntah-muntah, sehingga sult mencegah turunnya trombosit kalau tidak banyak cairan masuk. Akhirnya untuk pertama kalinya, Nobel pun dirawat di rumah sakit. Pertama kalinya Nobel diinfus. Dokter anak yang menangani juga dokter anak yang cukup konsultatif dan solutif, sehingga tidak ada kendala selama proses pemeriksaan dokter hingga hari ini.

Suhu badan yang masih naik turun, badannya masih panas demam, tetapi tidak lagi mengigau seperti demam tinggi di malam pertama. Jumlah trombosit masih menunggu cek darah hari ini. Aku masih sangat berharap trombosit naik di hari ketiga ini, satu-satunya indikasi baik dari siklus demam berdarah, dan proses ini sangat jarang terjadi. Kuncinya sederhana, minum banyak cairan, tapi sulit buat si sakit ini. Memang banyak saran dari teman dan keluarga kalau minum makan ini itu supaya trombosit naik, mulai dari saran untuk minum sari kurma, angkak, Pocari Sweat (sebut merk), jus jambu, sate atau sop kambing, dan lainnya. Kami tidak menyangkal, juga tidak percaya begitu saja pada semuanya, meskipun tidak semua kami penuhi juga. Intinya aku percaya Nobel perlu minuman apapun yang cukup banyak: air putih, susu, teh, juice, tidak harus dengan merek tertentu. Nobel juga perlu makan banyak. Dokter sudah memberikan obat lewat suntikan infus, dan kurasa ini sudah cukup baik.

Seperti orang sakit kebanyakan yang juga sulit makan minum, Nobel pun baru agak bersemangat makan minum kemarin sore, dan bisa tidur nyenyak tadi malam. I do really hope a miracle happens… Trombosit naik, bisa rawat jalan. Bagaimanapun bagusnya kondisi rumah sakit, tetep nyaman di rumah…

Ini memang pengalaman pertama Nobel menginap di rumah sakit. Pengalaman yang tentu membuatnya tidak nyaman dan tidak mau lagi tidur di rumah sakit karena makanan yang tidak enak (baca: terlalu sehat), tidur yang harus serba diatur karena posisi infus di tangan, tontonan tive terbatas, tidak bias bermain, semua hal membuatnya bosan, setidaknya baru pagi ini Nobel bilang, ‘Bunda, aku bosan.” Ini senjata untuk membuatnya semangat makan minum supaya trombosit naik dan bisa pulang.

Sedihnya melihat jagoanku terbaring lemah di rumah sakit. Nobel memang tidak mengeluhkan sakit, tidak menangis dengan tindakan medis apapun, tidak menyebut pengen sesuatu padahal sudah ditanya berulang-ulang, kadang-kadang merengek saja karena bosan kurasa.Melihat kekuatannya, aku yakin dia bisa. Semua ada dan muncul dari dalam diri yang sakit. Nobel mulai semangat dan makin kuat, mulai bisa menikmati nonton tivi dan semoga ini pertanda baik Nobel akan segera membaik, tidak berlama-lama di rumah sakit ini.

Ayo nak…mas Nobel pasti bisa. Ayo dilawan virusnya… Cepat sembuh, cepat pulang dan bisa dating ke ulang tahun Raka, temen bermainmu di rumah… J Semangat, dear.. Banyak doa untuk kesembuhanmu… Yakin Allaah Maha Penyembuh…

“Ya Allaah, hilangkanlah rasa sakit anakku,

Sembuhkanlah.  Engkaulah Yang Maha penyembuh,

Tidak ada kesembuhanyang sejati kecuali kesembuhan yang datang dari Mu

Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit dan penyakit lain.”

Amin yarabbal ‘alamiin..

EDUTRIP TO RAGUNAN 2013

Nob dan teman-teman di Ragunan

Nob dan teman-teman di depan kandang banteng, Ragunan

Sabtu, 26 Oktober 2013 lalu kami mengunjungi taman margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan. Awalnya saya mengajak anak saya, Nobel (7 thn) untuk melihat-lihat aneka binatang di kebun binatang agar lebih paham mengenai hewan-hewan yang sedang ia pelajari di sekolah. Ternyata anak saya menyampaikan ke beberapa teman sekelasnya dan akhirnya ada empat anak yang turut bersama kami. Sebetulnya masih banyak anak-anak sekelasnya yang ingin ikut, tetapi karena beberapa orang tua baru tahu pagi hari sebelum berangkat, mereka belum siap melepas anaknya ikut bersama kami. Akhirnya lima anak saja yang berangkat.  Continue reading

APAKAH ANAK-ANAK KITA MEMAHAMI MATERI YANG MEREKA PELAJARI?

Benarkah para siswa atau anak-anak kita memahami apa yang mereka pelajari di sekolah? Sudah berkali-kali saya menemukan beberapa siswa yang membuat saya bertanya-tanya akan kemampuan dan hasil belajar mereka. Benarkah mereka belajar? Benarkah mereka paham atas apa yang mereka pelajari? Apakah mereka tahu apa tujuan mereka mempelajari sesuatu? Apakah siswa memahami dan mengetahu bagaimana menerapkan materi pelajaran yang mereka terima di sekolah? Continue reading