Surat Cinta Untuk Anakku XIII: Thirteen is Discipline

Bekasi, 11 January 2019

Assalamu’alaikum wr.wb.

Hi, mas Nobel!

You start your teenager today. How are you, there? Hope everything’s doing fine. 

Bunda sedang membayangkan kamu sibuk pagi ini: lari-lari, hafalan kosakata, antri mandi, buru-buru dandan rapi, antri sarapan pagi… Tiada hari tanpa bergerak cepat di sana. Ah, ini hari Senin.. kamu puasa, nak?

Sambil nulis surat ini, bunda menunggu telepon darimu…

Alhamdulillaah…. rasa syukur tak hentinya kami panjatkan kepada Allaah swt atas segala petunjuk, perlindungan dan penjagaanNya hingga kita melewati sampai pada proses ini juga sekarang. Bahagia tak terkira ketika cita-citamu masuk Pondok Modern Darussalam Gontor terkabul. Delapan bulan sudah mas Nobel belajar di sana. Kini mas benar-benar menjadi mujahid kami… pejuang ilmu agama yang kelak akan menjadi bintang kami yang paling terang, menjadi cahaya menujuNya. InsyaAllaah.

Mujahidku sayang,

Sungguh tidak mudah melepasmu dan melewati hari-hari tanpamu di rumah. Pun bunda tahu proses ini juga tidak mudah bagimu di sana. Mengingat kembali bagaimana perjuanganmu sejak awal masuk pesantren hingga sekarang, rasanya tak pantas lagi bunda menuntutmu lebih lagi. You do your best, dear!

Ah, siapapun tak menyangka kamu yang cenderung pendiam dan pemalu tiba-tiba bilang, “Aku mau masuk Gontor aja, bun.”Lalu saat bunda tanya kenapa dan meminta kamu cari pesantren yang dekat saja, kamu jawab “Pengen mandiri dan jadi pemberani, bun.” “Emang mas Nobel cita-citanya apa?” tanya bunda penasaran. “Mau jadi ilmuwan yang ustaz. Jadi profesor gitu bun, tapi bisa pinter ilmu agama, “jawabmu polos. Bunda senyum-senyum aja sambil mengingat ilmuwan-ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina, Al farabi, Al Khawarizmi… Hmm, boleh dicoba pikir bunda saat itu.

Tahukah kamu…? Saat itu bunda masih berpikir ada kesempatan untuk mengajakmu daftar ke sekolah lain. Tapi tak satupun sekolah yang menarik perhatianmu. Dan kamu ingat nak, kita minim informasi soal Gontor. Tidak tahu kalau ada bimbel, yang kita tahu cuma nonton video-video Gontor TV via Youtube channel. Trus mas Nobel juga cuma belajar nulis Arab sendiri di rumah. Sesungguhnya bunda khawatir waktu itu, bagaimana kalau tidak diterima. Ya sudahlah homeschooling saja nanti, pikir bunda.

Nak, tahukah kamu kalau bunda hampir menyerah saat tinggal satu minggu mengantarmu ke pondok dan menunggumu selama pendaftaran, tes hingga pengumuman? Bunda tak sanggup membayangkan kamu akan tinggal dan belajar di sana dan jauh dari bunda. Rasanya pengen ngajak mas Nobel pulang aja. Tapi itu tak bunda lakukan…. Bunda melihatmu tak mengeluh sedikitpun, tak sedih sedikitpun, melihatmu bersemangat, bunda pun pasrah dalam doa. Alhamdulillaah… kita menangis haru penuh syukur saat nomor ujian mas Nobel disebut menjadi satu dari sekian calon pelajar yang diterima. Ah… hari itu, 28 Juni 2018 atau 14 Syawal 1439 H kamu resmi jadi santri Gontor.

Mas Nobel, sejak itu bunda pun ikut ‘mondok’. Bukan saja tentang mengikuti jadwalmu di pondok, tapi juga tentang mengelola hati dan perasaan…untuk tetap kuat dan tangguh sepertimu. Tak bisa lagi bunda menyimpan air mata ini ketika melihatmu tetap bersemangat mengikuti kegiatan pondok meskipun sakit mendera. Untuk kesekain kalinya bunda bertanya padamu apa kau baik-baik saja, dan selalu kau bilang ‘iya’. Bunda tak akan lupa ketika kamu dirawat di rumah sakit tapi kamu selalu minta segera pulang ke pondok, tak ingin ketinggalan kegiatan, tak mau nanti kalau sakit lama dikeluarkan dari pondok. Oh anakku….. sejak itu tak ada lagi alasan bunda menahanmu di pondok itu. Bunda ridho, nak…

Delapan bulan berlalu dan bunda bangga padamu, nak. Kau tumbuh dengan sebaik-baik pendidikan. Bunda tak khawatir lagi dengan perkembangan usia remajamu saat ini karena InsyaAllaah kau sudah berada di tempat yang tepat. Bunda tenang karena Mas Nobel akan mengalami proses menjadi dewasa dengan alami di lingkungan yang mendukung, baik perkembangan fisik, mental, emosional di usia 13 yang akan menjadi titik mula pembentukan karakter, pencarian penemuan jati diri.

Anakku sayang, kami sungguh bangga denganmu. Di usia 13 ini kamu sudah mengalami banyak hal yang tak kami alami ketika kami seusiamu dulu. Kamu bahkan mengambil pilihan jalan yang tak dilalui teman-teman seusiamu saat ini. Kamu sudah jauh bertualang, tinggal jauh dari orang tua, kamu sudah mengatur diri sendiri, kamu sudah bergaul dengan teman-teman dari seluruh penjuru dunia.. untuk mempelajari ilmu-ilmu umum dan agama… kamu belajar yang tak kami pelajari dulu ketika kami seusiamu. Maka tak pantas lagi kami menuntut sesuatu darimu, nak…

Mas Nobel sayang,

Kini di awal usia 13 mu ini kita hanya bisa berpelukan dalam doa-doa semoga cita-citamu dikabulkan dan selalu dalam penjagaan terbaikNya. Semoga kau selalu didekatkan dengan orang-orang baik, orang-orang sholeh, dimudahkan semua urusanmu, dilancarkan semua ibadahmu, dipahamkan pada ilmu, dipanjangkan usiamu… Barakallahu fii umrik nak… Mudah-mudahan mas Nobel jadi anak yang sehat, sholeh, cerdas, hafiz Qur’an, berani, percaya diri dan peduli sesama…kelak menjadi pemimpin umat. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Selamat belajar anakku. May Allaah swt protect you.

Take care…

Wassalamu’alaikum wr.wb,

With love,

Bunda dan Ayah

Leave a comment